Benang
hati yang dulu kamu katakan itu cinta,
Kini
terputus.
Dan
kamu lupakan.
Aku
tergugu.
Bersama
dengan penyesalan tak berujung.
Atas
tindakanku memutuskan hati kita.
Yang
aku yakini hanya sesaat.
Karena
ternyata,
Hati
kita terpisah sejauh ini,
Bahkan selamanya.
Masih
di ujung persimpangan jalan kenangan yang sama.
Dengan
guguran daun dimusim berbeda.
Aku
tergugu memandangi persimpangan jalan,
Tempat
hati kita terpisah.
Perlahan
terpuruk.
Berakhir
dengan butiran emosi ketidakberdayaan.
Saat
langkahku masih tertahan dibatas kenangan kita,
Aku
melihatmu.
Teramat
jauh disana.
Berdiri
dengan senyuman khasmu yang sama.
Namun,
Dengan
pancaran mata berbeda.
Matamu
yang dulu teramat dalam menatapku,
Mengandung
pantulan wajahku,
Yang
kamu katakan, “ini milikmu.”
Kini
berubah.
Karena
keputusanku untuk menjauh.
Karena
tindakanku yang membawa penyesalan tak berujung ini.
Hari
itu, masih di persimpangan kenangan yang sama.
Aku
dengan segenap rasa bersalahku,
Menatapmu,
terpuruk, padu dalam kesedihan.
Karena
pantulan matamu,
Kini
menggambarkan dia.
Karena
senyuman khasmu yang sama,
Kini
ditujukkan untuknya.
Karena
ayunan langkahmu,
Maju
menuju masa baru,
Bersamanya.
Dan
karena jemarimu yang hangat,
Kini
menggenggam jemarinya.
Dan
langkahku masih terhenti.
Tetap
menapak di persimpangan kenangan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar