Jumat, 31 Oktober 2014

Di Persimpangan Kenangan


Benang hati yang dulu kamu katakan itu cinta,
Kini terputus.
Dan kamu lupakan.

Aku tergugu.
Bersama dengan penyesalan tak berujung.
Atas tindakanku memutuskan hati kita.
Yang aku yakini hanya sesaat.
Karena ternyata,
Hati kita terpisah sejauh ini,
Bahkan selamanya.

Masih di ujung persimpangan jalan kenangan yang sama.
Dengan guguran daun dimusim berbeda.
Aku tergugu memandangi persimpangan jalan,
Tempat hati kita terpisah.
Perlahan terpuruk.
Berakhir dengan butiran emosi ketidakberdayaan.

Saat langkahku masih tertahan dibatas kenangan kita,
Aku melihatmu.
Teramat jauh disana.
Berdiri dengan senyuman khasmu yang sama.
Namun,
Dengan pancaran mata berbeda.

Matamu yang dulu teramat dalam menatapku,
Mengandung pantulan wajahku,
Yang kamu katakan, “ini milikmu.”

Kini berubah.
Karena keputusanku untuk menjauh.
Karena tindakanku yang membawa penyesalan tak berujung ini.

Hari itu, masih di persimpangan kenangan yang sama.
Aku dengan segenap rasa bersalahku,
Menatapmu, terpuruk, padu dalam kesedihan.
Karena pantulan matamu,
Kini menggambarkan dia.
Karena senyuman khasmu yang sama,
Kini ditujukkan untuknya.
Karena ayunan langkahmu,
Maju menuju masa baru,
Bersamanya.
Dan karena jemarimu yang hangat,
Kini menggenggam jemarinya.

Dan langkahku masih terhenti.
Tetap menapak di persimpangan kenangan yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar