Tsunami di Aceh
Bencana alam yang pernah terjadi
Indonesia salah satunya adalah tsunami, yang terjadi pada tanggal tanggal 26
Desember 2004 dengan ketinggian 35 m, dan menelan korban jiwa lebih dari
250.000 di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika.
Penyebab terjadinya tsunami dikarenakan adanya
gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, tanah longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami
adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung
Krakatau. Gerakan vertikal pada kerak bumi,
dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung
pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa
mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya
akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai
yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm
hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami
akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai
beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal ini dapat
terjadi pada patahan bumi atau sesar.
Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi,
dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. Tanah longsor yang
terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan
gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara
tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu.
Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika
ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi mega tsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami yaitu:
·
Gempa
bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
·
Gempa
bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
·
Gempa
bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia. Sistem ini berpusat
pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem
ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang
berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang
disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat
peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan
Keputusan.
Pengembangan Sistem
Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah
pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah.
Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi
(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan Info Gempa dan Peringatan Tsunami adalah BMKG (Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan
peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi. Sistem
Peringatan Dini memiliki 4 komponen:
a. Pengetahuan
mengenai Bahaya dan Resiko,
b. Peramalan,
Peringatan, dan Reaksi.
c. Observasi
(Monitoring gempa dan permukaan laut),
d. Integrasi
dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Dengan menyampaikan info gempa/ tsunami lebih awal melalui
SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai
fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak
peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat
ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah Radio. Oleh sebab itu, kepada
masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga
mempersiapkan Radio FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami.
Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio
Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar
Penduduk Indonesia). Mengapa Radio? Jawabannya sederhana, karena ketika gempa
seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai.
Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius
komunikasinya pun relatif cukup memadai.
Bencana ataupun penderitaan, diberikan
Tuhan kepada kita dengan tujuan supaya kita memiliki hidup yang sesuai Ia
minta. Dengan selalu berserah dan memohon pengampunan terhadap Sang Maha Pencipta
agar kita selalu dilindungi dari segala marabahaya. Maka dari itu kesadaran
diri untuk selalu taat pada-Nya sangat di perlukan dalam kehidupan sehari-hari. Selain mendekatkan diri kita juga harus menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang ada, karna bagaimanapun juga alam adalah suatu titipan yang Tuhan berikan untuk kita jaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar